Mindset of Math Class - eMJe

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, February 2, 2018

Mindset of Math Class

Mindset of Math Class
“Setiap orang mendapatkan hasil yang tidak sama karena mereka melakukan tindakan yang berbeda dengan orang lain dalam situasi yang serupa” Anthony Robbins


Saya sudah pernah bercerita pada tulisan saya yang berjudul Tips Mengajar Guru Pemula, disana saya jelasakan bahwa dalam kelas yang kita hadapi di hari pertama mengajar, akan didapati banyak sekali persepsi yang berbeda. Sehingga agar kelas menjadi sebuah lingkungan yang kondusif untuk belajar seluruh siswanya, maka hal pertama yang harus dilakukan guru adalah menyamakan persepsi dan tujuan utama yang ingin dicapai kelas.
Dengan adanya persamaan persepsi tersebut, maka suasana kesiapan kelas akan relatif homogen secara kognitif. Dikesempatan kali ini, ada beberapa hal yang ingin saya bagikan menyangkut beberapa prinsip yang mungkin salah satu atau beberapa halnya bisa Anda terapkan di kelas Anda. Mungkin beberapa hal juga akan menjadi suatu pertentangan bagi Anda karena tidak sesuai dengan prinsip mengajar Anda. Hal itu tidaklah menjadi persoalan. Karena setiap guru memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Memiliki teknik yang khas dalam membawakan pembelajaran di dalam kelas.
Jadi, jika Anda melihat terdapat ketidaksesuaian, kekurangan, kelebihan, dan lain sebagainya, Anda bisa menjadikan hal itu sebagai pelengkap bagi teknik pembelajaran Anda. Beberapa prinsip yang saya akan sampaikan tujuan utamanya yaitu untuk menata ulang motivasi belajar siswa. Selain itu, beberapa prinsip ini juga bertujuan untuk mengurangi tingkat tekanan dalam belajar, mengatasi trauma belajar, mendorong keinginan, serta memberikan gambaran yang tepat tentang prinsip dan tugas belajar.
Beberapa prinsip sederhana yang harus diketahui guru dan siswa tersebut adalah sebagai berikut :
Ubahlah Keyakinan yang Membatasi
Apa yang mulai Kamu yakini, itulah yang akan membentuk pikiran dan tindakanmu. Serta pikiran dan tindakan Kamu hari ini, akan menentukan jati dirimu dimasa yang akan datang.
Bagi sebagian siswa, belajar matematika adalah sesuatu yang mudah, namun bagi sebagian lainnya belajar matematika merupakan sebuah hal yang sangat menakutkan, sulit, membosankan, dan sebagainya. Kenapa demikian ? Apakah yang merasa matematika mudah itu karena memang mereka ditakdirkan untuk memiliki bakat di bidang matematika ? Atau karena kerja kerasnya ? Ya, tidak semuanya benar, dan tidak semuanya salah. Namun saya yakin hal pertama yang harus disadari siswa tentang hal ini bahwa matematika akan tampak sulit karena mereka memutuskan untuk menganggapnya sulit. Dan sebaliknya, mereka yang menganggap matematika itu mudah karena mereka memutuskan untuk menganggapnya mudah. (Saya akan bagikan cara membangun keyakinan ini di tulisan berikutnya)
Sehingga dengan anggapan yang mereka miliki akan turut mempengaruhi kinerja otak mereka dalam merespon setiap proses pembelajaran yang terjadi. Persepsi matematika sulit menurut saya merupakan kepercayaan yang masih dalam lingkup pendapat. Sehingga, untuk menghilangkannya kita hanya butuh bukti bahwa matematika itu tidaklah sulit. Saya sepakat dengan apa yang disarankan dosen saya saat kuliah, bahwa sebaiknya guru terbaik justru ditempatkan di sekolah dasar. Karena disanalah mereka akan membentuk persepsi awal tentang pembelajaran. Jika guru berhasil menanamkan persepsi positif, maka hal itu berdampak signifikan pada perkembangan mereka berikutnya.
 Masalahnya bukan Tidak Bisa
Masalahnya bukanlah saat Kamu tidak mampu menyelesaikan sebuah persoalan, tapi bencananya datang saat Kamu memutuskan untuk tidak lagi mau belajar.
Jika saya baru saja bertemu dengan sebuah kelas dimana siswanya baru saya temui, maka saya pasti menyemapaikan prinsip-prinsip ini walaupun kadang tidak semuanya karena beberapa hal yang perlu saya sesuaikan juga di dalam kelas. Prinsip kedua akan memuat tentang bagaimana seharusnya seorang siswa bersikap. Saya selalu mengatakan bahwa tidak masalah apakah kalian bisa menyelesaiakan persoalan matematika atau tidak bisa menyelesaikannya, itu tidak akan menghalangi kalian untuk menjadi siswa siswi yang sholeh, sholehah, dan berakhlak mulia. Namun akan menjadi masalah jika kalian tidak mampu menjadi siswa siswi yang sholeh, sholehah, dan berakhlak mulia.
Dan pada akhir penjelasan tentang prinsip ini saya akan sampaikan bahwa yang menjadi masalah adalah saat kalian memutuskan untuk tidak mau lagi belajar. Karena hal itu akan bertentangan dengan ciri seorang siswa siswi yang sholeh, sholehah, dan berakhlak mulia, serta tujuan utama seorang siswa datang dan menghabiskan banyak waktunya di sekolah. Waktu, uang, hari-hari yang dilewatkan akan berlalu begitu saja tanpa makna saat kalian melewatkannya tanpa mempelajari sesuatu saat ini. Jadi, kuatkan niat siswa Anda untuk tetap berada pada jalur proses belajar.
 Tidak Perlu Mahir
Tidak ada manusia yang sempurna. Hanya saja setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing yang membuatnya terlihat sempurna dimata orang lain karena sesuatu hal yang tidak dimilikinya.
Prinsip ini juga perlu diketahui siswa, terutama siswa yang sudah akut dengan ketakutan dalam belajar matematika. Ini akan sedikit meringankan beban mental mereka dalam belajar matematika. Memang benar, dalam proses pembelajaran tidak semua siswa Anda harus mahir dalam matematika. Faktanya memang mengatakan demikian, bahwa siswa memiliki kecerdasan (multiple intelegence), minat dan bakat yang berbeda satu sama lain. Dan walaupun terlihat memiliki kesamaan, pasti kadarnya tidak akan pernah sama.
Maka, sebagai seorang guru Anda harus benar-benar paham bahwa tidak semua siswa Anda harus Anda paksa agar mampu menjadi seorang siswa yang mahir matematika, tapi Anda harus tetap berusaha sebaik yang Anda bisa untuk membuat mereka menemukan bakatnya dan setidaknya bisa matematika. Cukup bisa saja tidak perlu menjadi mahir. Jika saya masukkan dalam taksonomi, kira-kira ini akan berada pada tingkatan mengetahui dan memahami atau pada tingkat mampu menyelesaiakan persoalan sederhana.
Lawannya diri Sendiri
Ia selalu punya alasan yang benar untuk setiap kondisi yang salah. Itulah diri sendiri.
Saya sangat tertarik dengan prinsip ini untuk disampai pada siswa di tingkat akhir. Siswa saya terkadang frustasi dan putus asa saat harus mengejar target ujian yang ditentukan. Beruntung saat ini Ujian Nasional tidak lagi menjadi penentu kelulusan seorang siswa, sehingga beban untuk mengejar nilainya berkurang namun masih ada. Jadi yang perlu saya tanamkan pada diri siswa bahwa mereka tidak usah frustasi dan putus asa dalam menghadapi ujian matematika mereka. Frustasi karena mereka membayangkan betapa sulitnya mereka untuk mencapai target ujian yang ditetapkan. Dan putus asa terjadi karena mereka merasa bahwa kenyataannya mereka tidak mampu mengikuti pembelajaran matematika.
Sekarang, bebaskan pola pikir siswa Anda. Jangan batasi mereka dengan target yang harus mereka capai tapi pastikan saja mereka mempelajari sesuatu setelah mereka melalui proses pembelajaran matematikanya. Tidak masalah seberapa banyak, atau seberkualitas apa hal yang mereka pelajari saat itu, sekali lagi yang terpenting mereka mempelajari sesuatu. Katakan bahwa tidak penting lagi berapa nilai yang akan mereka dapatkan saat ujian. Hari ini yang terpenting adalah kalian harus mulai mempelajari sesuatu untuk diri kalian sendiri setiap harinya, setiap pertemuannya. Jangan pernah pedulikan seberapa banyaknya, tapi pedulilah untuk tetap terus berusaha dan belajar secara terus menerus. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit mungkin cocok menggantikan penjelasan ini. (Pembahasan Ujian ini juga akan saya bahas selengkapnya di tulisan berikutnya yang khusus membahas alternatif strategi ujian)
Semua Siswa bisa Belajar
Ciri yang paling mendasar sebagai seorang manusia adalah mampu berpikir dan mempelajari sesuatu. Itulah yang dimaksud Makhluk Berpikir.
Saya yakin semua orang bisa belajar. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana guru mengarahkannya untuk belajar dengan cara mereka sendiri. Saya yakin setiap siswa yang berhasil dalam melalui proses pembelajaran dengan hasil yang baik, bukanlah semata-mata hasil dari bakatnya saja. Namun itu semua merupakan perpaduan dari bakat, hasil dari kerja keras dan komitmennya untuk terus belajar. Saya yakin setiap orang memiliki kesempatan ini. Kesempatan berhasil dalam melalui proses pembelajaran walaupun mungkin keberhasilannya bukan di bidang matematika.
Untuk prinsip yang ini mulailah dari keyakinan yang harus Anda miliki terlebih dahulu. Jika Anda memulainya dengan ketidakpercayaan, maka Anda akan berakhir pada sebuah kesalahan. Setelah itu, bagikanlah keyakinan Anda kepada siswa Anda bahwa Anda selalu percaya mereka selalu bisa untuk mempelajari sesuatu. Berikan beberapa simulasi kecil yang akan membuktikan bahwa mereka mampu untuk belajar seperti perintahkan mereka membaca sebuah kalimat, menambahkan angka sederhana yang paling mungkin diselesaikan bahkan oleh siswa yang paling tidak bisa matematika. Lalu katakana, itulah buktinya.
Hasil belajar bagi saya akan terlihat seperti Teorema Phytagoras. Sisi tegak akan mewakili usaha dan sisi lurus akan mewakili bakat dari siswa saya. Semakin panjang garis usaha yang mereka bangun semakin panjang pula sisi miring yang didapat. Dan semakin panjang kedua sisinya, maka semakin cepat pula kenaikan panjang sisi miringnya. Bakat adalah modal, usaha adalah bisnisnya. Bagaimana siswa menjalankan bisnisnya akan menentukan seberapa besar keuntungan yang bisa mereka dapat.
Tidak Ada yang Bodoh dan yang Pintar
Seorang juara adalah Ia yang terus berjalan saat orang lain memutuskan untuk berhenti.
 Terakhir yang ingin saya bagikan bahwa di dalam kelas saya percaya bahwa tidak ada siswa yang bodoh dan siswa yang pintar, yang ada hanyalah mereka yang berhasil dan mereka yang gagal. Mereka yang berhasil adalah mereka yang mampu mengalahkan dirinya sendiri, dan mereka yang gagal adalah mereka yang tidak berhasil mengalahkan dirinya sendiri. Seperti yang telah saya paparkan pada bagian lawannya diri sendiri, setiap siswa harus mampu melawan diri merek sendiri bukan orang lain, bukan target, tapi harus bisa unggul untuk diri sendiri.
Teruslah melakukan pengembangan diri, jadikan pertumbuhan diri ini prioritas, lampaui capaian-capaian yang pernah diraih. Hingga suatu saat nanti akan terasa bahwa diri ini sudah lebih jauh melangkah dibanding siapapun juga yang pernah berjalan bersama. Semoga ada manfaatnya.


Refere :
Maxwell, John. 2015. Self Improvement. Jakarta : Mic Publishing.
Robbins, A. 2017. Re Awaken The Giant Within. Jakarta : Phoenix Publishing Project.
Zainuddin, H M. 2017. The Best Teacher : 200 Dalil Motivasi untuk Menjadi Guru Terbaik dan Sukses. Jakarta : Indeks Publishing.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here