Mindset
of Math Class
“Setiap orang mendapatkan hasil yang
tidak sama karena mereka melakukan tindakan yang berbeda dengan orang lain dalam
situasi yang serupa”
Anthony Robbins
Saya
sudah pernah bercerita pada tulisan saya yang berjudul Tips Mengajar Guru Pemula, disana saya jelasakan bahwa dalam kelas
yang kita hadapi di hari pertama mengajar, akan didapati banyak sekali persepsi
yang berbeda. Sehingga agar kelas menjadi sebuah lingkungan yang kondusif untuk
belajar seluruh siswanya, maka hal pertama yang harus dilakukan guru adalah
menyamakan persepsi dan tujuan utama yang ingin dicapai kelas.
Dengan
adanya persamaan persepsi tersebut, maka suasana kesiapan kelas akan relatif homogen
secara kognitif. Dikesempatan kali ini, ada beberapa hal yang ingin saya
bagikan menyangkut beberapa prinsip yang mungkin salah satu atau beberapa
halnya bisa Anda terapkan di kelas Anda. Mungkin beberapa hal juga akan menjadi
suatu pertentangan bagi Anda karena tidak sesuai dengan prinsip mengajar Anda.
Hal itu tidaklah menjadi persoalan. Karena setiap guru memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Memiliki teknik yang khas dalam membawakan
pembelajaran di dalam kelas.
Jadi,
jika Anda melihat terdapat ketidaksesuaian, kekurangan, kelebihan, dan lain
sebagainya, Anda bisa menjadikan hal itu sebagai pelengkap bagi teknik
pembelajaran Anda. Beberapa prinsip yang saya akan sampaikan tujuan utamanya
yaitu untuk menata ulang motivasi belajar siswa. Selain itu, beberapa prinsip
ini juga bertujuan untuk mengurangi tingkat tekanan dalam belajar, mengatasi
trauma belajar, mendorong keinginan, serta memberikan gambaran yang tepat
tentang prinsip dan tugas belajar.
Beberapa
prinsip sederhana yang harus diketahui guru dan siswa tersebut adalah sebagai
berikut :
Ubahlah
Keyakinan yang Membatasi
Apa yang mulai Kamu
yakini, itulah yang akan membentuk pikiran dan tindakanmu. Serta pikiran dan
tindakan Kamu hari ini, akan menentukan jati dirimu dimasa yang akan datang.
Bagi
sebagian siswa, belajar matematika adalah sesuatu yang mudah, namun bagi
sebagian lainnya belajar matematika merupakan sebuah hal yang sangat
menakutkan, sulit, membosankan, dan sebagainya. Kenapa demikian ? Apakah yang
merasa matematika mudah itu karena memang mereka ditakdirkan untuk memiliki
bakat di bidang matematika ? Atau karena kerja kerasnya ? Ya, tidak semuanya benar,
dan tidak semuanya salah. Namun saya yakin hal pertama yang harus disadari
siswa tentang hal ini bahwa matematika akan tampak sulit karena mereka
memutuskan untuk menganggapnya sulit. Dan sebaliknya, mereka yang menganggap
matematika itu mudah karena mereka memutuskan untuk menganggapnya mudah. (Saya akan
bagikan cara membangun keyakinan ini di tulisan berikutnya)
Sehingga
dengan anggapan yang mereka miliki akan turut mempengaruhi kinerja otak mereka
dalam merespon setiap proses pembelajaran yang terjadi. Persepsi matematika
sulit menurut saya merupakan kepercayaan yang masih dalam lingkup pendapat. Sehingga,
untuk menghilangkannya kita hanya butuh bukti bahwa matematika itu tidaklah
sulit. Saya sepakat dengan apa yang disarankan dosen saya saat kuliah, bahwa
sebaiknya guru terbaik justru ditempatkan di sekolah dasar. Karena disanalah
mereka akan membentuk persepsi awal tentang pembelajaran. Jika guru berhasil
menanamkan persepsi positif, maka hal itu berdampak signifikan pada
perkembangan mereka berikutnya.
Masalahnya bukan Tidak Bisa
Masalahnya bukanlah
saat Kamu tidak mampu menyelesaikan sebuah persoalan, tapi bencananya datang
saat Kamu memutuskan untuk tidak lagi mau belajar.
Jika
saya baru saja bertemu dengan sebuah kelas dimana siswanya baru saya temui,
maka saya pasti menyemapaikan prinsip-prinsip ini walaupun kadang tidak
semuanya karena beberapa hal yang perlu saya sesuaikan juga di dalam kelas. Prinsip
kedua akan memuat tentang bagaimana seharusnya seorang siswa bersikap. Saya selalu
mengatakan bahwa tidak masalah apakah kalian bisa menyelesaiakan persoalan
matematika atau tidak bisa menyelesaikannya, itu tidak akan menghalangi kalian
untuk menjadi siswa siswi yang sholeh, sholehah, dan berakhlak mulia. Namun akan
menjadi masalah jika kalian tidak mampu menjadi siswa siswi yang sholeh,
sholehah, dan berakhlak mulia.
Dan
pada akhir penjelasan tentang prinsip ini saya akan sampaikan bahwa yang
menjadi masalah adalah saat kalian memutuskan untuk tidak mau lagi belajar. Karena
hal itu akan bertentangan dengan ciri seorang siswa siswi yang sholeh,
sholehah, dan berakhlak mulia, serta tujuan utama seorang siswa datang dan
menghabiskan banyak waktunya di sekolah. Waktu, uang, hari-hari yang dilewatkan
akan berlalu begitu saja tanpa makna saat kalian melewatkannya tanpa mempelajari
sesuatu saat ini. Jadi, kuatkan niat siswa Anda untuk tetap berada pada jalur proses
belajar.
Tidak Perlu Mahir
Tidak ada manusia yang
sempurna. Hanya saja setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing yang
membuatnya terlihat sempurna dimata orang lain karena sesuatu hal yang tidak
dimilikinya.
Prinsip
ini juga perlu diketahui siswa, terutama siswa yang sudah akut dengan ketakutan
dalam belajar matematika. Ini akan sedikit meringankan beban mental mereka
dalam belajar matematika. Memang benar, dalam proses pembelajaran tidak semua
siswa Anda harus mahir dalam matematika. Faktanya memang mengatakan demikian,
bahwa siswa memiliki kecerdasan (multiple
intelegence), minat dan bakat yang berbeda satu sama lain. Dan walaupun
terlihat memiliki kesamaan, pasti kadarnya tidak akan pernah sama.
Maka,
sebagai seorang guru Anda harus benar-benar paham bahwa tidak semua siswa Anda
harus Anda paksa agar mampu menjadi seorang siswa yang mahir matematika, tapi
Anda harus tetap berusaha sebaik yang Anda bisa untuk membuat mereka menemukan
bakatnya dan setidaknya bisa matematika. Cukup bisa saja tidak perlu menjadi
mahir. Jika saya masukkan dalam taksonomi, kira-kira ini akan berada pada
tingkatan mengetahui dan memahami atau pada tingkat mampu menyelesaiakan
persoalan sederhana.
Lawannya
diri Sendiri
Ia selalu punya alasan yang benar
untuk setiap kondisi yang salah. Itulah diri sendiri.
Saya
sangat tertarik dengan prinsip ini untuk disampai pada siswa di tingkat akhir. Siswa
saya terkadang frustasi dan putus asa saat harus mengejar target ujian yang
ditentukan. Beruntung saat ini Ujian Nasional tidak lagi menjadi penentu
kelulusan seorang siswa, sehingga beban untuk mengejar nilainya berkurang namun
masih ada. Jadi yang perlu saya tanamkan pada diri siswa bahwa mereka tidak
usah frustasi dan putus asa dalam menghadapi ujian matematika mereka. Frustasi karena
mereka membayangkan betapa sulitnya mereka untuk mencapai target ujian yang
ditetapkan. Dan putus asa terjadi karena mereka merasa bahwa kenyataannya
mereka tidak mampu mengikuti pembelajaran matematika.
Sekarang,
bebaskan pola pikir siswa Anda. Jangan batasi mereka dengan target yang harus
mereka capai tapi pastikan saja mereka mempelajari sesuatu setelah mereka
melalui proses pembelajaran matematikanya. Tidak masalah seberapa banyak, atau
seberkualitas apa hal yang mereka pelajari saat itu, sekali lagi yang
terpenting mereka mempelajari sesuatu. Katakan bahwa tidak penting lagi berapa
nilai yang akan mereka dapatkan saat ujian. Hari ini yang terpenting adalah
kalian harus mulai mempelajari sesuatu untuk diri kalian sendiri setiap
harinya, setiap pertemuannya. Jangan pernah pedulikan seberapa banyaknya, tapi
pedulilah untuk tetap terus berusaha dan belajar secara terus menerus. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit
mungkin cocok menggantikan penjelasan ini. (Pembahasan Ujian ini juga akan saya
bahas selengkapnya di tulisan berikutnya yang khusus membahas alternatif strategi
ujian)
Semua
Siswa bisa Belajar
Ciri yang paling
mendasar sebagai seorang manusia adalah mampu berpikir dan mempelajari sesuatu.
Itulah yang dimaksud Makhluk Berpikir.
Saya
yakin semua orang bisa belajar. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana guru
mengarahkannya untuk belajar dengan cara mereka sendiri. Saya yakin setiap
siswa yang berhasil dalam melalui proses pembelajaran dengan hasil yang baik,
bukanlah semata-mata hasil dari bakatnya saja. Namun itu semua merupakan
perpaduan dari bakat, hasil dari kerja keras dan komitmennya untuk terus
belajar. Saya yakin setiap orang memiliki kesempatan ini. Kesempatan berhasil
dalam melalui proses pembelajaran walaupun mungkin keberhasilannya bukan di
bidang matematika.
Untuk
prinsip yang ini mulailah dari keyakinan yang harus Anda miliki terlebih
dahulu. Jika Anda memulainya dengan ketidakpercayaan, maka Anda akan berakhir
pada sebuah kesalahan. Setelah itu, bagikanlah keyakinan Anda kepada siswa Anda
bahwa Anda selalu percaya mereka selalu bisa untuk mempelajari sesuatu. Berikan
beberapa simulasi kecil yang akan membuktikan bahwa mereka mampu untuk belajar
seperti perintahkan mereka membaca sebuah kalimat, menambahkan angka sederhana
yang paling mungkin diselesaikan bahkan oleh siswa yang paling tidak bisa
matematika. Lalu katakana, itulah buktinya.
Hasil
belajar bagi saya akan terlihat seperti Teorema Phytagoras. Sisi tegak akan
mewakili usaha dan sisi lurus akan mewakili bakat dari siswa saya. Semakin panjang
garis usaha yang mereka bangun semakin panjang pula sisi miring yang didapat. Dan
semakin panjang kedua sisinya, maka semakin cepat pula kenaikan panjang sisi
miringnya. Bakat adalah modal, usaha adalah bisnisnya. Bagaimana siswa
menjalankan bisnisnya akan menentukan seberapa besar keuntungan yang bisa
mereka dapat.
Tidak
Ada yang Bodoh dan yang Pintar
Seorang juara adalah Ia yang terus
berjalan saat orang lain memutuskan untuk berhenti.
Terakhir yang ingin saya bagikan bahwa di
dalam kelas saya percaya bahwa tidak ada siswa yang bodoh dan siswa yang
pintar, yang ada hanyalah mereka yang berhasil dan mereka yang gagal. Mereka yang
berhasil adalah mereka yang mampu mengalahkan dirinya sendiri, dan mereka yang
gagal adalah mereka yang tidak berhasil mengalahkan dirinya sendiri. Seperti yang
telah saya paparkan pada bagian lawannya diri sendiri, setiap siswa harus mampu
melawan diri merek sendiri bukan orang lain, bukan target, tapi harus bisa
unggul untuk diri sendiri.
Teruslah
melakukan pengembangan diri, jadikan pertumbuhan diri ini prioritas, lampaui
capaian-capaian yang pernah diraih. Hingga suatu saat nanti akan terasa bahwa
diri ini sudah lebih jauh melangkah dibanding siapapun juga yang pernah
berjalan bersama. Semoga ada manfaatnya.
Refere :
Maxwell, John. 2015. Self Improvement. Jakarta : Mic
Publishing.
Robbins, A. 2017. Re Awaken The Giant Within. Jakarta : Phoenix Publishing Project.
Zainuddin, H M. 2017. The Best Teacher : 200 Dalil Motivasi untuk
Menjadi Guru Terbaik dan Sukses. Jakarta : Indeks Publishing.
No comments:
Post a Comment