Tips Mengajar Guru Pemula - eMJe

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, October 15, 2017

Tips Mengajar Guru Pemula

TerPeZonA AKu
How To Get Your First Class Well
         



        Pada suatu hari, saya memasuki sebuah kelas seperti biasa. Saya tahu betul dalam kelas tersebut ada siswa yang memang tidak menyukai pelajaran matematika, ada yang dulunya suka pelajaran matematika, tapi sekarang yang ia tidak suka adalah gurunya. Lain hal dengan sebagian yang lain, ada diantara mereka yang memang tidak menyukai keduanya. Akan tetapi, alangkah bersyukurnya saya karena diantara semua siswa itu ternyata masih ada sebagian kecil siswa yang suka dengan pelajaran matematika dan juga menyukai pula cara gurunya mengajar. Namun pada akhirnya, mereka semua tidaklah memiliki kemampuan yang jauh berbeda dan menghasilkan keputusan yang sama saat menjalani ujian yakni tidak lulus standar minimal yang telah ditetapkan.

        Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan kelas saya ? Beberapa buku yang pernah saya baca menyatakan bahwa ketakutan atau ketidaksukaan anak terhadap suatu pembelajaran tertentu bisa jadi disebabkan karena bawaan gurunya atau karena mereka memang memutuskan untuk memandang pelajaran tersebut layak untuk ditakuti dan tidak disukai. Tapi yang menjadi keanehan, kenapa persoalan hasil akhir ini juga terjadi pada siswa saya yang merasa suka dengan matematika dan juga pengajaran yang dibawakan gurunya ? Hal ini dimungkinkan terjadi karena kognitif siswa yang saat itu bisa jadi belum benar-benar siap atau terkondisikan dengan baik untuk menerima pembelajaran. Begitu kiranya informasi yang bisa saya dapatkan.

        Ya, mungkin beberapa alasan tersebut terdengar masuk akal untuk turut dicoba solusinya didalam kelas. Banyak sekali karakter yang kita hadapi didalam kelas mulai dari yang positif hingga negatif dalam menanggapi pembelajaran. Dengan begitu, saya merasa perlu meramu temuan-temuan yang ada dalam sebuah konsep baru yang harus saya bawa kedalam kelas untuk menanggulangi berbagai permasalahan tersebut. Maka terbentuklah konsep terpezona aku. Konsep ini memang masih belum diuji cobakan secara kuantitatif, namun konsep ini telah teruji berdasarkan pengalaman lapangan yang dialami langsung oleh penulis. Terpezona aku ini merupakan singkatan dari terima, persepsi, zona alfa, aksi dan kuatkan. 

        Terima. Hal pertama yang harus bisa dilakukan seorang guru terutama anda yang merupakan guru pemula yakni harus mampu membuat siswa kita menerima kita seutuhnya sebagai guru. Dengan cara apapun, walaupun harus memakan waktu yang cukup lama dari pertemuan ke pertemuan selanjutnya bahkan diluar pertemuan tersebut, hal ini harus tetap dilakukan sebagai fondasi awal kita dalam membangun proses pembelajaran yang kondusif dan romantis bersama siswa kita. Pernahkah anda mengikuti sebuah seminar motivasi ? Pasti hal pertama yang dilakukan motivator adalah agar anda bisa menerima ia sebagai seseorang yang akan memberikan nasihat kepada anda dengan cara apapun. Dengan merendahkan hati, memberikan gambaran logika sederhana, membangun hubungan singkat dengan anda, dan lain sebagainya. Cobalah belajar bagaimana cara motivator melakukannya agar ia diterima ditengah-tengah audien yang beragam pula karakternya. Hal yang sama bisa anda lakukan dikelas. Jadi harus diterima dulu ya sama siswanya !

        Proses ini akan terus anda lakukan hingga anda merasakan feedback bahwa siswa anda telah nyaman melakukan proses pembelajaran bersama anda. Hal ini bisa anda rasakan secara langsung tanpa harus anda bertanya kepada siswa anda tentang perasaan mereka terhadap anda. So, rasakan apakah siswa anda sekarang sudah merelakan anda sebagai gurunya ataukah masih setengah-setengah ? seperti yang diakatakan pak Munif Chatib bahwa hak mengajar adalah milik siswa, jadi jika mereka tidak memberikan haknya itu, maka anda tidak akan pernah bisa mengajar. Sekalai lagi, usahakan anda harus bisa diterima terlebih dahulu oleh siswa anda sehingga mereka secara sukarela mengikuti pembelajaran yang anda lakukan.

        Persepsi. Yang kedua menjadi syarat utama dalam perjalanan anda mengajar didalam kelas yakni harus mampu membangun persepsi. Siswa yang ada dikelas kita merupakan keluarga besar kita yang memiliki banyak sekali kepribadian dan persepsi yang mereka bawa pada proses pendidikan sebelumnya baik formal maupun non formal. Dengan begitu, jika anda mengajar pada tingkat yang lebih tinggi, akan menjadi tantangan tersendiri bagi anda karena anda harus menaklukan persepsi yang sudah terlanjur terbangun dalam alam bawah sadar siswa. Hal ini mungkin akan berjalan mudah jika siswa baru pertama kali bertemu dengan jenis pembelajaran yang akan kita ajarkan. Kita bisa mulai meyakinkan siswa bahwa tidak ada yang harus ditakutkan.

        Dalam proses membangun persepsi ini cobalah yakinkan siswa kita bahwa tidak ada persoalan yang terlalu sulit untuk diselesaikan dan tidak ada pembelajaran yang tidak bisa mereka lalui jika mereka tetap merasa yakin bahwa mereka bisa melakukannya. Cobalah pada persoalan-persoalan yang menarik dan sederhana untuk diajukan kepada siswa yang mana soal tersebut sudah bisa dipastikan mampu dijawab siswa kita untuk siapapun dikelas kita. Bangun keyakinan mereka yang telah berhasil menyelesaikan persoalan yang sudah bisa mereka pecahkan tadi. Nah, untuk persoalan persepsi ini harus anda lakukan hingga siswa merasa aman atau bahkan senang terhadap mata pelajaran atau meteri yang anda bawakan. Ayo, yakinkan siswa kita agar ia mulai berpersepsi bahwa semuanya bisa dipelajari dengan mudah asalkan kita sendiri menginginkannya untuk mudah.

        Zona Alfa. Zona alfa berasal dari teori kognisi perkembangan yang menyatakan bahwa kondisi otak terbaik kita untuk siap belajar adalah saat berada pada kondisi zona alfa. Anda bisa lebih memahami hal ini pada buku-buku teori perkembangan atau teori kognisi dimana anda juga bisa menemukan kondisi irama otak lainnya yang penting untuk diketahui sebagai wawasan anda untuk melaksanakan pembelajaran. Jadi secara singkat zona alfa merupakan kondisi diamana kondisi otak sedang dalam kondisi yang paling potensial untuk menerima informasi. Munif Chatib menyebutkan dalam bukunya Gurunya Manusia, bahwa indikasi siswa kita telah memasuki kondisi ini adalah terlihat senyuman dan rasa ketertarikan dengan terdapatnya pemusatan perhatian.

        Zona alfa bisa dibangun dengan berbagai cara. Bisa dengan menggunakan permainan, memberikan hal yang menarik terkait pembelajaran yang akan dialksanakan, melalui cerita, dan lain sebagainya. Cobalah membaca hal terkait bagaimana mengawali pembelajaran dengan menarik. Dalam hal zona alfa ini harus anda lakukan secara berulang setiap pertemuannya. Karena hal ini merupakan syarat yang berulang yang harus dilakukan setiap akan melakukan proses pembelajaran agar kognitif siswa siap menerima pembelajaran. Selain dari mempersiapkan kognisi siswa kedalam kondisi siap belajar, zona alfa juga berguna sebagai proses transisi yang dilakukan saat otak dan perhatian siswa harus beranjak dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lainnya yang relatif berbeda karakteristiknya.

        Aktivitas. Berikutnya barulah kita melakukan aktivitas pembelajaran yang ingin kita laksanakan berikut dengan rencana harian yang sudah kita buat. Karena perlu kita ingat bahwa konsep ini bukanlah metode yang bisa kita bisa terapkan tiap hari, namun konsep ini merupakan teknik kondisional yang bisa ditinggalkan beberapa aktivitasnya setelah kita sudah bisa mencapai indikator keberhasilannya. Jadi untuk bagian aktivitas ini anda harus tetap membuat perencanaan harian yang baik agar pembelajaran anda bisa berjalan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan pembelajaran yang tepat, menyenangkan dan berkesan pada setiap diri siswa di dalam kelas. Jadi, jangan malas ya membuat rencana harian anda untuk mengajar. Sebagai catatan pula hal ini harus kita lakukan hingga siswa kita mampu atau bisa. Ya begitulah sekilas yang saya dapatkan dari nasihat guru di tahun 90an.

        Kuatkan. Setelah anda melakukan aktivitas pembelajaran, maka cobalah kembali dengan persoalan mulai dari tingkat yang terlampau mudah terlebih dahulu. Hal ini akan kita kembalikan kepada proses pembangunan persepsi mereka terhadap sebuah pelajaran bahwa merekapun mampu kok menyelesaikan persoalan. Dan sebagai catatan, jika kelas anda merupakan kelas yang sudah expert yang memiliki antusias yang tinggi terhadap pelajaran anda juga dibarengi dengan kemampuan yang memadai, maka anda bisa merubah persoalan menjadi hal yang lebih rumit namun tetap memiliki komponen kemenarikannya agar kita tetap bisa mendapatkan keberpihakan siswa kita terhadap pembelajaran yang kita lakukan. Nah, lalu apa yang dimaksud kuatkan ? Ya, seperti tadi bahwa pertama kita ukur persoalan yang akan kita berikan kepada siswa kita pada akhir aktivitas sehingga tidak memberatkan mereka.

        Ingat, persoalan usahakan yang memang diperkirakan mampu diselesaikan siswa ya. Agar kita bisa melakukan penguatan kepada siswa bahwa mereka memang mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan dan mereka tidak perlu ada lagi yang ditakuti dan yakin untuk terus belajar ke tahap berikutnya. Karena menurut Renal Kasali bahwa motivasi saja tidak cukup, maka mereka harus bisa menuntaskan aktivitas mereka agar ada sesuatu yang berubah. Hal yang terkadang keliru saat seorang guru membuat persoalan adalah mereka berfikir melalui persepsi kemampuan seorang guru dalam menyelesaikan persoalan, padahal menurut teori kuantum learning bahwa seorang guru yang baik adalah mereka yang mampu masuk ke dunia anak, dan untuk selanjutnya membawa dunia mereka ke dunia kita. Nah poinnya adalah bahwa kita harus mulai dengan persoalan dengan persepsi kemampuan siswa. Caranya, coba bayangkan andaikan anda adalah siswa yang akan menyelesaikan persoalan tersebut. Dengan segala keterbatasan kemampuan analisis yang dimiliki, keterbatasan informasi serta pengalaman, jadi soal seperti apa yang akan anda buat ?

        Dari semua proses tersebut diatas intinya adalah bertujuan agar proses pembelajaran kita didalam kelas bisa menghasilkan kepuasan pada diri siswa kita dalam belajar baik kepuasaan terhadap kinerja mereka sendiri maupun terhadap pelayanan pendidikan yang kita berikan. Kita sesekali harus bisa melakukan instrospeksi diri atas segala kelamahan kita bahwa kita masih butuh banyak pengetahuan lainnya agar bisa menjadi guru yang benar-benar bisa memuaskan hasrat siswa untuk belajar. Mengutip apa yang disampaikan pak Zainudin dalam bukunya 200 dalil motivasi bahwa guru tidak boleh berhenti untuk belajar, maka ini juga yang harusnya menjadi semangat kita untuk terus memperbaharui keilmuan kita setiap saat. Karena yang kita ajari hari ini adalah generasi sekarang bukan generasi kita dulu dan kita mempersiapkan mereka untuk siap di masa generasi mendatang. Jadi, tetap semangat memperbaharui wawasan dan ilmunya ya !

        Bapak ibu guru sekalian, sebelum apapun mendahului prasangka diantara kita, maka saya ingin sekali menyampaikan permohonan maaf saya atas segala kesalahan yang saya buat dalam tulisan ini. Hal ini saya buat hanya sebagai wahana untuk berbagi pengalaman kepada khalayak ramai. Semoga jika terdapat kebaikan dalam tulisan saya, bapak ibu sekalian bisa mengambil manfaatnya, dan jika terdapat banyak kesalahan maka saya mohon bapak ibu bisa memaklumi kekurangan saya. Kritik yang membangun akan membuat saya lebih berbahagia dibanding dengan sebuah pujian yang terkadang dapat menjatuhkan. Ayo kita bangun bersama-sama pendidikan kita !

Referensi :
Chatib, M. (2014). Gurunya Manusia. Bandung : Mizan Media Utama.
Kesuma, D & Ibrahim, T. (2016). Struktur Fundamental Pedagogik : Membedah Pemikiran Paulo Freire. Bandung : Refika Aditama.
Maxwell, J C & Dornan, J. (2016). How to Influence People. Surabaya : MIC Publishing.
Syaefudin, S U. (2016). Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Zaenudin, H M. (2017). The Best Teacher. Jakarta Barat : PT Indeks.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here